Selamat Siang Readers, kali ini saya akan membagikan contoh laporan analisa novel beserta formatnya. Silahkan di baca dan di lihat yaa.
Format :
-Font Times New Roman
-Judul ukuran Font 16 , isi ukuran font 12
- Margins : Top = 4 cm , Bottom = 3 cm, Left = 4 cm, Right = 3 cm
-Paper A4
ANALISIS
NOVEL IMAJINATTA KARYA MIA ARSJAD
ANALISIS
INI DITULIS UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
SEMESTER GANJIL.
DITULIS
OLEH ELISABET MEILITA
KELAS
XII MIPA-3
SEKOLAH
MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 64
JALAN
RAYA CIPAYUNG, JAKARTA TIMUR
DAERAH
KHUSUS IBU KOTA (DKI) JAKARTA
TAHUN
AJARAN 2018/2019
1.
Pendahuluan
Penulis menganalisis novel Imajinatta
karya Mia Arsjad, karena temanya menarik, banyak pelajaran kehidupan
persahabatan yang melibatkan perasaan dan juga teka-teki yang membuat
pembacanya penmasaran. Pembawaannya dengan bahasa sehari hari jadi mudah
dimengerti pembaca. Dan mempunyai tambahan kosakata bahasa asing. Setiap
tokohnya mempunyai karakter yang beragam dan bisa menginspirasi pembaca. Dalam novel ini di jabarkan tentang penyakit dari
salah satu tokoh yang merupakan salah satu media belajar tentang kesehatan.
Tokoh dalam novel ini adalah anak remaja,
yang cocok untuk pembaca yang menyukai genre jaman sekarang. Serta alur yang
tidak cepat dan tidak lambat. Jadi sudah jelas novel ini dapat dipahami oleh
setiap kalangan.
Kegiatan menganalisis novel ini untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihan novel dari segi kualitas isi, serta
kualitas bukunya. Kegiatan menganalisi novel ini dapat menambah pengetahuan
sehingga menarik minat pembaca dan kreatifitas dalam tulis menulis. Kegiatan
menganalisis ini juga menggambarkan secara umum isi novel. Oleh karena itu
penulis menganalisis novel berjudul Imajinatta karya Mia Arsjad yang
diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama di Kota Jakarta pada tahun 2008
dengan ketebalan dua ratus depalan puluh halaman.
2.
Pembahasan
Sinopsis
Natta sukaaa dan gampang banget ngelamun
alias berimajinasi. Dan hobinya itu jelas berguna. Gimana nggak, sementara di
alam nyata Nattta belum kenal secara resmi sama Ditto, kecengannya sepanjang
masa, di alam khayalan dia dan Ditto malah udah selengket lem Super Glue. Dan
itu jelas jadi pemicu semangat Natta untuk mewujudkan mimpi jadi nyata. Pokoknya
nggak peduli aral melintang deh… kalo cuma si genit (cantik dan kaya) Sasa mah
keciiiiil.
Dengan bantuan Kenzi- yang kayanya
sengaja dikirim Tuhan khusus buat membantu Natta-Natta pun mulai menjalankan
misi untuk mendapatkan Ditto. Tapi saking misteriusnya Kenzi, sobat-sobat Natta
jadi mikir jangan-jangan Kenzi Cuma temen khayalan Natta. Dan Kenzi… jangan
salah paham ya, Natta sendiri kadang ragu, kamu beneran ada apa nggak sih?
Tema
Stanton
dan Jenny C ( Nurgiantoro, 2002 : 67 ) berpendapat bahwa tema adalah makna yang
dikandung oleh sebuah cerita. Sedangkan menurut Keraf ( 1984 : 107 ) tema ialah
suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangan. Selain itu,
Aminuddin ( 1987 : 91 ) menyatakan bahwa tema ialah ide yang mendasari suatut
cerita berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memapaparkan karya
fiksi yang diciptakanya. Seperti dikemukakan oleh Mido ( 1994 : 18 ) tema
adalah persoalan yang berhasil menduduki tempat utama dalam cerita rekaan dan
bukan dalam pikiran pengarangnya. Novel ini memiliki tema
seorang remaja perempuan bernama Natta yang hobinya berimajinasi, karna di
disetiap bagian ceritanya diperlihatkan seberapa seringnya Natta melamun untuk
mengkhayalkan dirinya bersama Ditto sang pangerannya, sampai akhirnya ia
bertemu Kenzi laki-laki baik hati yang juga memiliki hobi yang sama dengan
Natta yang tentunya dari dunia nyata yang kemudian menjadi sahabatnya . Hal ini
dapat dilihat dari kutipan berikut
“Aku cinta banget sama kamu, Natta.
Selama ini aku selalu mandangin kamu diam-diam. Merhatiin kamu fdari jauh. Kamu
mau kan jadi pacarku?” Mata tajam Ditto menatap lurus ke mata Natta. Jantung
Natta langsung bermambo cha cha cha… Mati akuuuuu…
Natta membalas tatapan Ditto dengan
memasanhg wajah seimut mungkin. Siapa juga yang nggak mau jadi pacar Ditto?
Pangeran impiannya sepanjang masa. Eh, nggak sepanjang masa sih,, maksudnya
sejak hampir dua tahun inilalu waktu dia masuk SMA 1234 Bandung ini. Natta
menarik napas panjan. Masa depan cerah sudah di depan mata. Dia akan menjawab,
“Aku… aku… aku… ma… ma…”
“Mati!Mati!
Eh Mati” Pekikan Inna membuyarkan lamunan Natta. (hal 7: p 2)
“Lho,
masih di sini? Katanya mau berangkat sekolah?” teguran Ibu membuyarkan khayalan
Natta. (hal 14:p 4)
“Lima
belas ribu!” suara judes nan cempreng membuyarkan lamunan Natta yang langsung
berangan-angan begitu melihat sosok Ditto ada di situ.(hal 37: p 2).
Duk! Duk! Pinggul Natta
kok sakit, ya? Rasanya kayak disundul-sundul pentungan satpam. Hah! Ternyata
siku Inna. Saatnya kembali ke dunia nyata. (hal 89: p 4)
“Wah,
kamju kaget beneran, ya? Maaf,maaf makanya jangan ngelamun. Lagian jadi cowo
kagetan amat.” (hal 153: p 4)
Tokoh dan Penokohan
Menurut
Dewojati (2010:169), unsur karakter yang dalam drama biasa disebut tokoh adalah
bahan yang paling aktif untuk menggerakkan alur. Lewat penokohan ini, pengarang
dapat mengungkapkan alasan logis terhadap tingkah laku tokoh. Perwatakan atau
penokohan dalam suatu cerita adalah pemberian sifat baik lahir maupun batin
pada seorang pelaku atau tokoh yang terdapat pada cerita (Hayati, 1990:119).
Menurut Santosa, dkk (2008:90) penokohan merupakan usaha untuk membedakan peran
satu dengan peran yang lain. Perbedaan-perbedaan peran ini diharapkan akan
diidentifikasi oleh penonton. Jika proses identifikasi ini berhasil, maka
perasaan penonton akan merasa terwakili oleh perasaan peran yang diidentifikasi
tersebut.Penokohan
atau perwatakan dalam sebuah lakon memgang peranan yang sangat penting. Egri
dalam Santosa, dkk(2008:90)berpendapat bahwa berperwatakanlah yang paling utama
dalam lakon.. Tokoh dan Penokohan pada novel
Imajinatta karya Mia Arsjad dibagi
menjadi dua tokoh utama dan tokoh pembantu. Baik yang berperan sebagai
protagonis, antagonis, maupun tritagonis. Adapun
tokoh protagonis adalah peran utama yang merupakan pusat atau sentral dari
cerita. Keberadaan peran adalah untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul
ketika mencapai suatu cita-cita. Sedangkan antagonis adalah peran lawan, karena
dia sering kali menjadi musuh yang menyebabkan konflik itu terjadi dan
tritagonis adalah peran penengah yang bertugas menjadi pendamai atau pengantara
protagonist dan antagonis.
Natta
Tokoh Utama Protagonis
Natta tokoh utama protagonis
mempunya watak yang rendah hati, perhatian dan ceroboh karna ia selalu
menyadari apa kesalahannya pada orang-orang disekitarnya dan juga ia perhatian
dengan orang-orang terdekatnya, dibalik sisi yang baik dari Natta, Natta juga
mempunyai kebiasaan bertindak ceroboh, karna ia sering kali mendapat masalah
yang seharusnya tidak ia dapatkan jika ia bertindak yang benar. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan berikut.
“Ayah,
Ibu, Natta berangkat, ya…” (hal 12:1)
“Ya
Allah, jadikan keluargaku selalu saling menyayangi. Semoga naskahku bisa
cepat jadi dan menang sayembara itu. Dan ya
Allah, maafin aku kaeran nuduh
orang gila sembarangan.” (hal 36. P 6)
“Maksudnya,
nggak usah. Nggak pa-pa kok. Ini kan bukan bangkuku. Kamu duduk
aja. Aku makan.” (hal 44. p3)
“Aku
mo minta maaf sama kamu,” (hal 46 . p 7)
“Makanya
sori. Aku… pergi dulu. Kamu maafin aku, kan?.” (hal 48. p 4)
“Iya.ya.
Gue belum mutusin. Bayar listriknya jauh lagi. Kalo ga berangkat sekarang
bisa bisa keburu tutup.”(hal 18 . p 3)
“Iya
lah. Kok yakin amat lo nuduh tu cowok kemungkinan gila. Imajinasi lo aja tuh
seperti biasa terlalu liar…….” (hal34. p 3)
“Kenapa
lo? Jangan kerasukan dong! Kan nular!” (hal 41. P 6)
“Aku
nyangka kamu orang gila.”(hal 47. p 4)
“Lo
ngelamun apaansih?! Bolanya ditangkep pake tangan dooong! Jangan pake
jidat!!! Gue kan udah teriak-teriak! Maen
basket jangan bengong!BAHAYA,
TAU!!!.........” (hal 59. p 4)
“Lo
ngapain coba, ngelamun di tengah lapangan….” (hal 60 . p 5)
“Halo?
Inna… gimana, Ditto menang nggak?.” (hal 18 . p 2)
“Kakak
sakit?” (hal 52. p 6)
“Ya
udah. Kakak tidur aja dulu. Nanti sore deh aku bikini.” (hal 53. p 5)
“Kakak
yakin, Kakak cuma flu biasa? Kayaknya parah deh Kak, ngaca deh. Ke
dokter gih.”(hal 54. p 7)
“Nih,
Kak, piringnya. Kakak mo makan apa? Biar aku yang ambilin ya, Kakak pasti
masih pusing.” (hal 55. p 4)
“Udah
sembuh, Kak?” (hal 72. p 2)
Kenzi
Tokoh Utama Protagonis
Kenzi tokoh utama
protagonis mempunya watak yang humoris, baik hati dan cenderung tertutup, karna
ia selalu menutupi suatu hal yang membuat orang lain cemas akan dirinya dan ia
juga merupakan seorang sahabat yang baik, yang selalu ada untuk Natta, yang
rela membantu Natta dalam menjalani kehidupan SMAnya. Hal ini dapat dilihat
dari kutipan berikut.
“Natta… meNata?
Rapi-rapi? Lupain aja, aku cuma bercanda.”
“Kali ini Kenzi
ngakak. ‘Dulu orang gila, sekarang penguntit, nggak sekalian aja kamu
bilang aku agen FBI yang lagi nyamar?’” (Hal
66:p. 10)
“Gimana caranya
bunuh orang pake pisang? Dijejelin samoe orangnya mati keselek?
Hihihi…” (Hal 68: p.3)
“Ya itu,
hitung-hitung hiburan. Dikasih duluan. Hehehe…” kata Kenzi kocak”
(hal 92: p.5)”
“Natta tersenyum
senang. Lucu juga si Kenzi ini.” (Hal 92 : 6)
“Terus rencana
kamu apa? Balas dendam? Hehe…” Kenzi cekikikan sambil makan
jeruk.”(hal 96: p.8)
“Kali ini kenzi
mengangguk semantap kata-katanya tadi. “Iya, aku bakal bantu kamu
supaya naskah kamu menang.”” (hal 96:p.4)
“”Kamu perlu
minum.” Kata Kenzi khawatir.” (hal 45: p. 3)
“Tak lama dia balik
lagi dengan sebotol Aqua ditangan. Rupanya dia beli minuman.”
(hal 45 : p.4)
“Eng… Natta,
kalo kamu mo cerita, mungkin bisa sedikit lega… aku…” (Hal 91:p.6)
“Mo aku beliin
minum? Katanya… kalo habis nangis sampe kayak tadi biasanya suka
jadi haus… mau?.” Kenzi basa-basi lagi” (hal
92: p.1)
“… Aku nggak
pa-pa, sakitnya masih sama kayak kemaren . Kalo-kalo kamu pikir aku
tambah sakit karena terserang virus lain
sementara aku nungguin kamu disini.”
(Hal
121:p. 4)
“Sori ya, Ta,
aku bener0bener nggak bisa bantu kalo di tempat lain. Aku pengin banget
ngasih tau kamu alasannya, tapi gak mungkin.
Sori ya, Ta?” (hal 133 :p.2)
“Kenapa dia
nggak bisa pergi ketempat lain? Kenapa HP-nya tiba0tiba diangkat orang
lain terus diangat dia lagi? Kenapa… Kenzi
jadi misterius?”(Hal 133:p.5)
“Beberapa kali
dia sempat drop karena kecapekan.
Waktu itu kamu nelepon, aku yang
angkat. Kenzi lagi di perikasa sama dokter.
Terus kenzi cerita sambil geli. Katanya
kamu panik nyangka HP-nya dicopet atau
hilang.” (hal 249 :p.3)
“… secara… kamu
udah nonton DVD ini, berarti …kamu udah tau yang sebenernya
ya,Ta? Maaf lagi ya, aku bohong sama kamu.”
(hal 251:p.6)
Alur dan
Pengaluran
Alur menurut
Luxemburg ialah peralihan dari satu keadaan ke keaadaan yang lain (1986: 150).
Sedangkan menurut Saad. Alur adalah sambung-sinambungnya peristiwa berdasarkan
hukum sebab akibat (1967:120).Selain itu, Kenny(1966:14), mengemukakan alur
sebagai peristiwa-peristiwa yang disampaikan dalam cerita yang tidak bersifat
sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-pertistiwa itu berdasarkan
kaitan sebab-akibat. Alur
dan pengaluran dalam novel Imajinatta karya Mia Arsjad menggunakan alur
renggang karena dalam novel ini banyak menampilkan peristiwa-peristiwa
sampingan, sedangakan pengalurannya degresif dan progresif. Adapun alur dan
pengaluran ini dibentuk dalam beberapa tahapan yaitu, tahap orientasi, koflik,
komplikasi, klimaks, antiklimaks, dan penyelesaian.
Orientasi
Bagian orientasi
novel ini ditampilkan ketika awal pengenalan Natta, tokoh utama dengan
teman-temannya dan juga Kenzi . Bagian orientasi ini bercerita tentang latar belakang kehidupan tokoh Natta seperti keluarga dan
hubungan peretemanannya disekolah dan di ceritakan juga bagaimana awal persahabatan Natta
dan Kenzi dimulai. Hal ini
dapat dilihat dalam kutipan berikut.
“Baru
juga mau nerima cinta Ditto.”…. tadikan
hampr dapat ciuman
“pertama” nya.(hal 7:p.4)
“Dara
si kutu buku dan Kinkin si oriental yang hobi nyanyi ikut mengangguk
angguk. Natta nyengir. Inna yang amat sangat
mengenal Natta banget tahu
persiskebiasaan Natta yang dalam waktu sepersekian
detik bisa tiba-tiba
berada di ‘dunia lain’ dalam khayalannya.” (hal 8: p.2
dan 3)
“Biarpun
Inna galak, judes, suka marah-marah, biarpun Natta kadang-kadang
cemburu karena Inna punya banyak teman lain,
persahabatan mereka tetap
jalan.”(hal 10:p.6)
“Di
mata Natta,selain Dunia khayalannya, dunianya bersama Inna, Dara, dan
Kinkin adalah yang paling menyenangkan dalam
hidupnya.”(hal 11:p.6)
“Natta
sudah biasa di cuekin begini sama Ayah dan Ibu. Tepatnya sih sejak dia
kelas 5 SD. Hubungan keluarga mereka memang
agak aneh. Ayah dan ibu
bersikap dingin satu sama lain.” (hal 12:
p.3)
“Begitu
juga Nanta abangnya. Kayaknya buat Nanta rumah Cuma tempat
transit.Kadang pulang kadang nggak.” (hal
13:p.3)
“Aku
Kenzi.” Tiba-tiba dia menoleh dan mengulurkan tangannya pada Natta.”
(hal31: p.7)
“Bukan,
bukan gitu, tapi…” Kamu sama banget kayak aku, sambung Natta
dalam hati. Dia betul-betul nggak percaya ada
orang yang punya kebiasaan
yang sama kayak dia.”(hal 64 :p.2)
Konflik
Bagian konflik novel ini ditampilkan ketika
Natta berusaha bagaimana caranya ia bisa menjadi kekasih Ditto sang pangeran
impiannya. Ia berusaha dekat dengan Ditto dengan berbagai cara salah satunya
mengikuti sayembara menulis cerpen, yang bilamana nanti terpilih menjadi
pemenang , cerita tersebut akan di filmkan sebagai acara Festival Film Indie
Pelajar. Dalam pembuatan cerpen tersebut Natta di bantu oleh sahabat barunya
yaitu Kenzi . Ditengah kesibukannya, Natta harus menerima kejadian yang dialami
oleh Nanta yaitu abangnya yang di vonis OD oleh karna narkoba. Tetapi kenzi
selalu ada bersamanya bahkan disaat Natta berada di titik terendahnya. Sementara Kenzi membantu Natta dalam menyelesaikan
cerpen untuk sayembara itu, kesehatan Kenzi semakin memburuk, tetapi tak Kenzi
cerita sedikitpun kepada Natta tentang penyakitnya.
“Iya!
Naskah itu! Supaya bisa lebih deket sama Ditto….” (hal 66: p.2)
“…
harusnya ini tugas Ditto, tapi karena Natta sudah menerima dengan
“tangan terbuka”…”(hal 77:p.6)
“Dia
kan mau buat Ditto terkesan.” (hal 81:p.8)
“Dengan
cara setengah mampus supaya naskahku menang dalam lomba
naskah itu. Dari situ jalanku terbuka
lebar.”(hal 96:p.3)
“Jadi,
gimanapun caranya, aku siap bantu. Misalnya dalam proses nulis….”
(hal 96:p.6)
“Natta
tersenyum senang. Membaca naskah buatan Kenzi.”(hal 138 :p.8)
“Kakak
kamu kena narkoba, Ta.”(hal156 :p.8)
“Tanpa
bilang apa-apa Natta langsung duduk lalu menangis heboh lagi, kali ini
di pelukan Kenzi.” (hal 158: p.9)
Klimaks
Bagian klimaks novel ini ditampilkan ketika
proses pembuatan cerpen yang Natta ikuti. Kenzi membantu Natta membuat cerpen
‘Tentangmu, Kaya’ , dimana Kenzi memberikan ide yang menarik kepada Natta,
yaitu hampir sama seperti hubungan Natta dan Kenzi di dunia nyata. Dimana dalam
cerpen tersebut kenzi menceritakan yang benar-benar ada pada dirinya dan dalam
cerpen tersebut Kenzi sebenarnya menyampaikan pesan yang tersirat untuk Natta.
Kenzi pun menyelesaikan cerpen itu dengan sangat baik dan memberikannya pada
Natta untuk Natta pratinjau lagi. Tanpa Natta sadari ada banyak yang janggal
dari Kenzi, akhir-akhir ini Kenzi terlihat memburuk dan kata-katanya pun mulai
aneh-aneh. Dan juga Natta belum sadar kalau cerita yang Kenzi buat adalah
kejadian nyata yang kenzi alami selama ini. Setelah cerpen yang Kenzi buat
selesai dan ia berikan pada Natta, Kenzi menghilang tak ada kabar sehingga
Natta mencari tau Kenzi ada dimana. Sebelum Kenzi menghilang ia mengajak Natta
untuk menonton film dan mentraktir makan Natta di salah satu mall di Bandung
sama persis seperti yang dilakukan Kaya kepada Inta. Dan ternyata Cerpen buatan
Natta dan Kenzi menempati posisi pertama alias menang.
“…
kita langsung bahas topik kita sore ini aja, yuk? Aku ga pa-pa, sakitnya
masih sama kaya kemaren.” (hal 121:p.4)
“Kenapa
dia ga bisa pergi ketempat lain? Kenapa HP-nya tiba-tiba
di angkat orang lain trus diangkat dia lagi?Kenapa… Kenzi jadi
misterius?”
(hal 133:p.5)
“Iya,
jadiin aku temen bener-bener khayalan kamu. Kamu bikin cerita tentang
temen khayalan.Kayak kita sekarang. Ketemu di
taman. Cuma kita yang tau
tempat rahasia ini…” (hal 135:p.10)
“Permintaan
Kenzi aneh banget. Katanya dia minta tolong dibolehin nyelesein
akhir naskah itu tanpam bantuan Natta.”(hal
175: p.1)
“Makanya,
izinin aku yang nyelesein,ya? Aku jamin cepet selesai deh, dan aku
maunya jadi kejutan buat kamu. Kamu mau bantuin
wujudin cita-cita aku jadi
penulis?...” (hal 176:p.10)
“Aku
mo ngajak kamu jalan-jalan.”(hal 189: p.4)
“Nanti-nanti
kemungkinan aku udah gabisa lagi punya
kesempatan kabur
kayak gini,tau! Nggak ada kesempatan
jalan-jalan bareng kamu.”
(hal 189:p.8)
“Wah
ditraktir makan juga sama Kenzi!” (hal 190:p.6)
“Kamu
bakal terus jadi temenku, kan, apapun yang terjadi?Siapapun aku?
Gimana pun aku?” (hal196:p.7)
“Pasti
si Inta nungguin Kaya yang Koma gitu, kan?...” (hal 203:p.1)
“…
mereka pasti kaget. Apalagi kalo tau cerita hidup Kenzi.”(hal 206 :p.6)
“Tapi,
aku bakal ikut ngawasin kok. Dari sana.” Kenzi menunjuk langit.”
(hal 213:p.4)
“Dia janji kalo kenzi Tiba-tiba
menghilang dia bakal nyari.” (hal 223:p.2)
Antiklimaks
Bagian antiklimaks novel ini ditampilkan ketika
Kenzi menghilang dan Natta mulai mencari tahu dimana keberadaan Kenzi sekarang.
Ia menghubungi Kenzi tetapi tidak diangkat , sampai pada suatu ketika ada
perempuan yang mengangkat telepon Kenzi, yaitu kakak kandung Kenzi . Selama
Kenzi tidak bisa dihubungi Natta dan segenap crew mempersiapkan syuting untuk Festival Film Indie Pelajar,
dimana Ditto mempermainkan Natta untuk
membuat pamornya dan Sasa naik.
“…Tapi
yang jelas gue harus cari tau. Gue udah pernah janji, kalo dia
menghilang tiba-tiba gue bakal cari dia. Gue
udah ngerasa hari itu dia aneh
banget ngomongkaya gitu. Dia itu sobat gue,
sama kayak kalian.”
(hal 225:p.3)
“Tapi
nanti kalian mau kan bantuin gue nyari dia?” (hal 226:p.3)
“Ternyata
rencananya mereka menunggunanak SMA 333 bubaran sekolah.”
(hal230 p.4)
“Anu,
kang, mo tanya… kenal sama yang namanya Kenzi, nggak? Kelas 3
Juga disini.”(hal 231:p.5)
“Raut
Natta berubah sedih. Artinya Kenzi memang bukan siswa sini.”
(hal 233:p.3)
“Ya,
Ditto juga meranin peran utamaku sama Sasa. Dia nawarin diri.”
(hal 243:p.11)
“Natta
merogoh HP-nya dari dalam tas. Menekan nomor Kenzi.” (hal 245 :p.2)
“Ya?”
suara lembut cewek itu menjawab lagi.” (hal 245:p.2)
Penyelesaian
Bagian penyelesaian novel ini ditampilkan ketika kakak kandung Kenzi yaitu
Kisha memberitahu Natta yang sebenarnya yang Kenzi alami sebenarnya. Kenzi
selama ini memiliki penyakit jantung bawaan lahir yang susah disembuhkan,
tetapi Kenzi tidak pernah mengatakannya pada Natta. Kenzi sekarang menghilang
karena ia harus menjalani pengobatan di Australia. Karna penyakit Kenzi adalah
penyakit yang langka, ia memberikan dirinya sebagai bahan percobaan pengobatan,
agar orang-orang yang memiliki penyakit yang sama dengannya dapat mendapat obat
yang baik. Sebelum Kenzi pergi, ia membuat video untuk Natta, dimana vidio
tersebut adalah pengakuannya yang selama ini ia tutupi dan sekaligus ucapan
selamat atas menangnya naskah buatan mereka, sehingga membuat Natta menitikan
air matanya. Disamping itu Natta berhenti menyukai Ditto karna sifatnya yang
buruk, yang hanya memanfaatkan Natta demi keuntungannya. Hari pun berganti,
Natta mewujudkan mimpi Kenzi yaitu menerbitkan novel buatan Kenzi walaupun
Kenzi sedang terbaring di rumah sakit. Natta senang memiliki sahabat seperti
Kenzi, Natta akan selalu bersama Kenzi dan Kenzi pun bersyukur punya sahabat
seperti Natta, yang selalu menyemangati Kenzi. Walaupun tidak ada yang tahu
apakah masih ada hari esok baginya.
“... Penyakit baawaan lahir ...
Dia tidak pernah tinggal di Jakarta. Rumahnya
di
Bandung, tapi sejak
beberapa bulan yang lalu dokter memutuskan dia harus
tinggal dirumah sakit karena harus selalu dalam pengawasan penuh
untuk di
observasi. Dia ga pernah sekolah karena sejak kecil dia belajar
dirumah.”
(hal 248:p.3)
“... dokter yang menangani
Kenzi bersahabat dekat degan dokter Kenzi di
Australia. Dia merekomendasikan Kenzi buat dirawat disana.”(hal
249:p.5)
“Iya bersedia jadi percobaan
pengembangan obat untuk penyakitnya.”
(hal 250:p.1)
“Air mata Natta bercucuran
begitu rekaman video Kenzi di keping DVD mulai
muncul di layar
komputer Natta.Kenzi kelihatan duduk di ranjang rumah sakit
dengan baju pasien
warna hijau mud khas rumah sakit. Ada selang infus
menempel di punggung tangannya. Kenzi kelihatan pucat dan
kurusan.”
(hal 251:p.3)
“Besok aku berangkat ke
Australia.” (hal 252:p.7)
“Selmat ya, Ta... Naskah kita
menang.” (hal253:p.4)
“Sori, Dit, kamu batal jadi pemeran utama filmku. Sasa juga.”(hal
257:p.2)
“Natta ilfeel berat dan jijay
banget beraku-kamu sama Ditto. Ketauan
belangnya!Ih!.”(hal
257:p.3)
“Natta menghembuskan napas
lega. Membayangkan gimana gembiranya Kenzi
begitu menerima
cetakan novelnya yang pertama nanti.”(hal 263:p.3)
“... aku seneng kamu udah jujur
cerita semua ke aku? Itu semua berarti kamu
percaya dan jujur
sama aku tentang semuanya . Aku ga marah kok. Soalnya
berearti kamu
sekarang udah nganggep aku bener-bener sahabat kamu...”
(hal 264:p.4)
“Aku bakal selalu jadi sahabat
kamu, Ken. Dalam keadaan apapun ...”
(hal 274 :p.9)
“Kenzi betul-betul bersyukur
atas hidupnya. Biarpun sakit, dia punya keluarga
yang baik, sahabat yang lucu, dan karya yang membanggakan.
Kenzi sadar
sekarang, bahwa setiap manusia tidak akan pernah tahu apakah masih
ada hari
esok.Makanya, sejak
beberapa waktu yang lalu kenzi bertekad untuk selalu
melakukan semua yang
terbaik hari ini.... semoga Tuhan masih memberinya
waktu buat bangun besok. Bertemu orang tuanya, kakaknya, juga Natta
sahabatnya yang pasti bikin
hari-harinya jadi lebih berwarna.”(hal 278:p.7)
Latar
Menurut Abrams (1981: 175)Latar
adalah tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar dalam cerita dapat diklasifikasikan
menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Menurut Suparmin
(2009: 54)Latar cerita atau setting adalah suatu keadaan
yang melingkupi pelaku pada sebuah cerita. Nurgiyantoro (2002:216 dalam Santosa, 2011:7) menyatakan
bahwa setting adalah dasar, mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu dan
lingkungan sosial temapat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Latar
Tempat
Latar tempat pada novel ini , terjadi di Sekolah, di
taman, di rumah sakit, di rumah, dan di mall. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan berikut.
sekolah
“… Ditto yang berjalan kearah mereka dari ruang
guru.” (hal 8.p.1)
“Makanya, baca mading doooong.” (hal23.p.2)
“Ayo ke pinggir lapangan.”(hal60.p.4)
“… dibelakang meja administrasi…” (hal 38.p.3)
“… siomay kantin sekolah…”
“Taman ini tempat favorit Natta. Nama taman ini sama
dengan institut
terkenal di Bandung
karena masih berada di komplek kampus itu.”
(hal 18.p.8)
“… ternyata di tama nada Kenzi.” (hal 62.p.2)
“Langsung jadi bangku favoritku begitu aku pertama
kali ke sini.” (hal65.p.8)
“… tempat rahasia kok di tempat umum begini!” (hal66
.p.6)
“… ke bangku rahasianya di sudut taman.” (hal.p.4)
“… Medika Sehat? Itu kan disini.” (hal 154.p.4)
“Di UGD!” (hal 154.p.5)
“Rumah Sakit Medika Sehat kan masih lingkungan
sini.” (hal 155.p.5)
“Dari sini ke UGD deket kok.” (hal 155.p.7)
“Lorong rumah sakit menuju UGD…” (hal156 p.4)
“… lalu melenggang ke kamar sambil menekan-nekan
tombol telpon
nirkabel.”(hal12.2)
“Tahu-tahu
Ibu nongol dari dalam kamar.” (hal 72.p.4)
“Biarpun selalu ada di rumah…” (hal73.p.7)
“Langkah Natta terhenti di depan kamar Nanta.” (hal
98.p.1)
“Natta menyalakan lampu kamar…” (hal 98.p.4)
Latar Waktu
Latar waktu dalam novel ini adalah pagi hari,
siang hari dan sore hari. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.
“…
beli sarapan pake piama.” (hal 35.p.1)
“Sepagi
ini udah dandan begitu …” (hal 72:p.3)
“Duh,
apa sih pagi-pagi udah rebut-ribut?!” ((hal 161:p.1)
“Akhirnya mereka nongkrong di Pizza Hut buat
makan siang.” (hal 22.p.7)
“Udara
tetap terasa dingin walaupun sekarang masih siang.” (hal 42 .p.1)
“Tadi
pagi dia ada dirumah…” (hal 100:p.7)
“Gue
mo sholat maghirb.” (hal 33.p.1)
“Kamu
pulang sekolah langsung kesini,…” (hal 65:p.11)
“Gara-gara
obrolan di atap kemarin sore,…” (hal 83:p.1)
“Ini
udah lumayan sore.” (hal 119:p.6)
“Sore
ini agak dingin.” (hal 268:p.8)
“Padahal
mereka sudah setengah jalan makan malam.” (hal 53.p.8)
“Makan
malam tadi bikin bête.” (hal 56,p.3)
“Makan
malam hari ini enak banget.” (hal 130:p.5)
“Malam
itu Natta senyum-senyum sendiri…” (hal 172:p.1)
Latar Suasana
Suasana yang dominan
pada novel ini adalah seru,menyedihkan, kecewa. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan berikut.
“Kayanya seru juga menciba
usul si Mang buat tancep gas pol.”(hal 182:p.1)
“Natta malah ketagihan dan
jadijadi muter-muter tiga putaran…”(hal182:p.3)
“Segeeeer! Habis naik kuda dan
ngejar-ngrjar Kenzi tadi,…”(hal 183:p.3)
“Wihhhhhh… ditraktir makan
juga sama Kenzi!”(hal 190:p.5)
“Wih, adegan menggenggam
tangan nih….”(hal 204:p.6)
“Nanta OD.” (hal 156:p.8)
“Natta menangis karena tahu kakakmya
OD.” (hal 157:p.6)
“Mendengar setiap segukan
tangis Natta,…”(hal 158:p.9)
“Mendadak Natta berleleran air
mata.”(hal 247:p.2)
“Kali ini Natta nangis
betulan.” (hal 248:p.1)
“Air mata Natta bercucuran
begitu melihat rekaman video Kenzi…”
(hal 251:p.2)
“Natta mengusap air matanya
yang mulai heboh berleleran.”(hal 252:p.2)
“Natta refleks menepis tangan ibu…”(hal
158:p.5)
“Aku nggak perah mau marah…
apalagi benci mereka,” (hal 159:p.4)
“Apalagi Ayah-Ibu”(hal
158:p.7)
“Ternyata aku nggak kenal satu
pun anggota keluargaku,”(hal 160:p.1)
“Cuma secara materi, Yah? Apa
Ayah nggak mau mengembalikan
keharmonisan keluarga kita juga?”(hal
163:p.2)
Gaya Bahasa
Definisi
gaya bahasa menurut Luxemburg dkk (1990: 105) berpendapat bahwa gaya
bahasamerupakan sesuatu yang memberikan ciri khas pada sebuah teks. Teks pada
giliran tertentu dapat berdiri semacam individu yang berbeda dengan individu
yang lain. Gaya bahasa menurut Aminuddin (1995: 5) mengemukakan bahwa style
atau gaya bahasa merupakan cara yang digunakan oleh pengarang dalam
memeparkan gagasannya sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin
dicapai. Sedangkan menurut Tarigan ( 1985: 5) gaya bahasa merupakan bentuk
retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk
meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca. Menurut Achmadi
(1988: 155-156) gaya bahasa adalah kualitas visi, pandangan seseorang,
karena merefleksikan cara seorang pengarang memilih dan meletakkan kata-kata
dan kalimat-kalimat dalam mekanik karangannya. Gaya bahasa menciptakan
keadaan perasaan hati tertentu, misalnya kesan baik ataupun buruk, senang,
tidak enak dan sebagainya yang diterima pikiran dan perasaan karena
pelukisan tempat, benda-benda, suatu keadaan atau kondosi
tertentu. Sedangkan menurut Albertine (2005: 51) mengemukakan, gaya bahasa
adalah bahasa yang bermula dari bahasa yang biasa digunakan dalam gaya
tradisional dan literal untuk menjelaskan orang atau objek. Dengan
menggunakan gaya bahasa, pemaparan imajinatif menjadi lebih segar dan
berkesan. Gaya bahasa mencakup: arti kata, citra, perumpamaan, serta
simbol dan alegori. Arti kata mencakup, antara lain: arti denotatif
dan konotatif, alusi, parody dan sebagainya; sedangkan perumpamaan
mencakup, antara lain: simile, metafora dan personifikasi. Gaya bahasa yang terdapat pada novel ini adalah majas hiperbola, majas
simbolik. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut
“Kayaknya
ini udah yang kesejuta ribu kali deh…”(hal 8:p.1)
“Mengendus-endus
ala marmut…”(hal 9:p.5)
“Inna itu orang yang paling care sedunia.”(hal 10:p.5)
“Tuh
kan, Inna memang sahabat sejati…(hal11;p.2)
“…seribuan
lecek dan lima ratusan karatan…(hal 11:p.6)
“…
ngalor-ngidul berkhayal standar soal pangeran kuda putih.” (hal 14:p.7)
“Natta
menggoyang-goyangkan kakinya sampai-sampai kuncir kudanya ikut
berdisko ke kanan-kiri.” (hal 16:p.2)
“Natta harus sukses mengemban
tugasnya sebagai utusan ibu…”(hal 17:p.1)
“Udah keberapa juta kali ya
Natta ketangkep basah sama Inna lagi terbang ke
awang-awang kayak gini.”(hal17:p.9)
“Masih ada burung-burung liat
berterbangan yang berkicau-kicau hingga
rasanya tambah adem aja.” (hal 18:p.8)
“Dara si kutu buku…” (hal
8:p.2)
“Kinkin si oriental…”(hal
8:p.3)
“…Sasa si cantik…”(hal 9.:p.4)
“… ternyata Inna ngatain dia
Toge.” (hal 10:p.2)
“Kinkin memutar bola matanya,
memberi isyarat plis-deh.”(hal 23:p.2)
“Lo kan kutu buku…”(hal
23:p.3)
Amanat
Menurut Rusiana (1982:74) amanat adalah ajaran moral atau pesan
yang ingin disampaikan pengarang pada pembaca. Akhir permasalahan ataupun jalan
keluar permasalahan yang timbul dalam sebuah cerita bisa disebut amanat.
Rusiana mengemukakan pendapatnya tentang amanat, sebagai renungan yang
sisajikan kembali oleh pembaca (1982:74). Sedangakan amanat menurut Siswanti (2008: 161-162) dari sudut
pandang sastra, nilai ini biasa disebut mandat. Pesannya adalah gagasan bahwa
basis literatur didasarkan pada, pesan yang ingin disampaikan pembaca kepada
pembaca dan pendengar, dalam karya sastra modern, pesan ini biasanya tersirat
dalam karya sastra lama secara umum merupakan pesan eksplisit. Menurut Waluyo
(2006:29), jika tema memiliki kaitan dengan arti, maka sebuah amanat itu
memiliki kaitannya dengan makna. Kemudian jika tema memiliki sifat yang sangat
lugas, khusus dan objektif, maka amanat itu memiliki sifat kias, umum, dan
subjektif. Pada novel ini, terdapat amanat yang
dapat kita ambil yaitu persahabatan tidak mengenal apapun, sekali bersahabat,
selamanya tetap sahabat apapun yang terjadi, karna sahabat selalu ada di sisi.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Inna
sayang kok sama sahabatnya yang unik ini.” (hal 18:p.2)
“…Natta
langsung duduk lalu menangis heboh lagi di pelukan Kenzi.”
(hal 158:p.9)
“Natta
brtul-betul nggak nyangka Kenzi sebaik ini dan betul-betul niat
bantuin dia.”(hal 137:p.8)
“…aku
malah seneng punya temen nggak jaim kayak kamu, asyik.”
(hal 191:p.3)
“Kamu
bakal terus jadi temenku, kan, apapun yang terjadi?”(hal 196:p.7)
“…Aku
tetep jadi temen kamu. Apa pun yang terjadi deh. Justru aku nggak
bakalan ninggalin kamu Cuma gara-gara itu.”
(hal 196:p.8)
“Makasih
ya, Ta. Tenang aja, aku kan Cuma pengin kamu jadi temenku.”
(hal 196:p.9)
“Ta,
misalnya aku menghilang tiba-tiba, kamu bakal nyari aku nggak?”
(hal 197:p.2)
“…Masa
aku cuek kamu ilang? Emang aku sadis apa? Punya temen ilang
diem aja.” (hal 197:p.3)
“Maafin
aku ya, Ta, aku menghilang begitu aja nggak bilang-bilang kamu…”
(hal 251:p.3)
“…berarti…
kamu udah tau yang sebenernya ya, Ta? Maaf lagi ya aku
bohong sama kamu.”(hal 251:p.5)
“Aku
seneng banget bisa temenan sama kamu.”(hal 252:p.3)
“…aku
gamau kehilangan sahabat. Sahaabatku satu-satunya.”(hal 253:p.2)
“Natta
kayanya lebih senang kalo bisa duduk berdua sama sahabatnya dan
teman ngobrolnya, Kenzi.”(hal 269:p.9)
“Kenzi,
aku pengin jadi sahabat beneran. Bukan Cuma kayak kemaren. …
Aku pengin jadi sahabat kamu di dunia nyata.
Yang ada setiap kamu butuh.”
(hal 273:p.7)
“Aku
bakal selalu jadi sabahat kamu, Ken. Dalam keadaan apa pun.”
(hal 275:p.8)
Unsur
Ekstrinsik
Menurut
Nurgiyantoro (2009: 23) adalah unsur yang berada di luar karya fiksi yang mempengaruhi lahirnya karya namun tidak menjadi bagian
di dalam karya fiksi itu sendiri. Menurut siswandarti (2009:44) berpendapat
bahwa unsur ekstrinsik adalah pesan-pesan yang ingin disampaikan pengarang
melalui cerita, baik tersurat maupun tersirat. Menurut Wellek dan Warren (1956
via Nurgiyantoro, 2009: 23) berpendapat bahwa unsur ektrinsik merupakan keadaan
subjektivitas pengarang yang tentang sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang
melatarbelakangi lahirnya suatu karya fiksi, dapat dikatakan unsur biografi
pengarang menentukan ciri karya yang akan dihasilkan. Unsur ekstrinsik
yang terkandung dalam novel ini adalah nilai moral dan nilai sosial. Nilai sosial
merupakan nilai yang berhubungan dengan norma-norma yang ada dalam kehidupan
masyarakat (adanya tenggang rasa, saling menolong, saling memberi). Dan Nilai
Moral merupakan nilai yang berhubungan dengan kepribadian atau budi pekerti
atau akhlak seseorang entah itu baik maupun buruk. Budi pekerti atau
keperibadian seorang pengarang juga memberikan pengaruh terhadap karya yang
akan ia buat.
Nilai
Moral
Novel ini menggambarkan atau mengajarkan
moral seseorang yang tidak baik dan tidak patut di tiru yaitu keserakahan. Hal
ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Ya,
tapi kenapa kamu jadi pemeran utamanya Via juga?...”(hal 256:p.5)
“…
naskah yang itu nggak terlalu bagus. Aktingnya juga nggak bakal
terasah.”(hal 256:p.6)
“Kamu
serakah banget sih?!” (hal 256:p.7)
“Ini
kan demi karierku dan Sasa…”(hal 256:p.8)
“Gue
nggak mau naskah gue dimainin sama orang yang cuma manfaatin film
gue buat cari popularitas sendiri.”(hal
257:p.5)
Nilai
Sosial
Nilai sosial yang terkandung
dalam novel ini adalah kebaikan kepada keluarga, teman, dan sahabat-sahabatnya.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“ Inna
itu orang yang paling care sedunia
pada Natta.” (hal 10:p.5)
“…
Natta Cuma bisa berdoa semoga tak sekalipun terbesit di kepala Inna
untuk meninggalkan Natta.” (hal 11:p.1)
“Beruntung
banget Natta punya seseorang kaya Inna.” (hal 11:p.12)
“Natta
sih sudah biasa di cuekin begini sama ayah dan ibu.” (hal 12:p.1)
“Tapi
itu sama sekali jauh dari bayangan Natta tentang keluarga harmonis.”
(hal 13:p.3)
“Aku
pengin banget cerita sama mereka. Secara mereka sahabat
sahabatku…”(hal 94:p.6)
“Jeruk
ini aku sengaja bawa dua. Buat kamu…”(hal 95:p.6)
Biografi Penulis
Mia
Arsjad memulai karirenya sebagai penulis novel setelah naskahnya Mak Comblang
membawanya menjadi salah satu penulis berbakat “Lomba Teenlit Writter GPU”
tahun 2004. Naskah tersebut kemudian diterbitkan tahun 2005 dengan judul baru,
Miss Cupid.
Mengenai
info lebih lanjut, silakan follow:
3.
Penutup
Novel Imajinatta karya Mia Arsjad sangat
menarik untuk dibaca. Karena dari judulnya sudah sangat menarik yaitu ‘Imajinatta’ dimana menggambarkan
imajinasi seorang remaja bernama Natta, dan ditambah sinopsinya yang membuat
pembaca semakin penasaran dengan ceritanya. Novel ini juga sangat mudah
dipahami karna menggunakan bahasa sehari-hari. Isi novel ini mampu membawa
pembacanya senang dan sedih di waktu yang tepat, sangat seru, membuat
pembacanya ingin segera menyelesaikan bacaan ini. Karakternya tokohnya mampu
menembus hati para pembaca, karena tokoh Natta dan Kenzi sangat unik dan sangat
serasi. Banyak pelajaran yang dapat diambil dari novel ini yaitu persahabatan yang
setia sampai akhir. Di samping itu, buku ini pun memiliki jalan cerita yang
menggantung membuat pembaca sedikit ragu
menafsirkan diakhir ceritanya.
Novel
ini sangat cocok untuk remaja karena ceritanya mengisahkan tentang
persahabatan dan keceriaan di masa SMA. Pembaca akan
mendapatkan
nilai-nilai
kehidupan tentang arti persahabatan yang selalu ada suka dan dukanya, tak mengenal latar
belakang seseorang untuk dijadikan sahabat. Buku ini juga sangat cocok untuk
literatur di sekolah, sehingga siswa lebih efektif dalam mengikuti kegiatan literasi
di sekolah. Walaupun penyempurnaan pada buku ini masih sangat dibutuhkan
seperti pemilihan kertas agar
diperhatikan kualitasnya agar penampilannya lebih menarik dan pengisahannya
dibuat lebih sederhana agar pembaca mudah memahami alurnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Arsjad, Mia. 2008. Imajinatta. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Siswandarti. 1996. Panduan Belajar Bahasa Indonesia untuk
SMA Kelas XII.
Aminuddin. 2002.
Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: PT Sinar Baru Algersindo.
Indrawati. 2009.
Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Luxembrug. 1984.
Pengantar Ilmu Sastra. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.
Sudjiman,
Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Tarigan.
2011. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Jakarta: Angkasa.
Wellek
dan Werren. 1989. Teori Literatur. Jakarta: Gramedia.
Wiyanto, Asul.
2008. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo (Gramedia
Widiasarana Indonesia).