Minggu, 29 Maret 2020

CONTOH LAPORAN ANALISA NOVEL

Selamat Siang Readers, kali ini saya akan membagikan contoh laporan analisa novel beserta formatnya. Silahkan di baca dan di lihat yaa.

Format :
-Font Times New Roman
-Judul ukuran Font 16 , isi ukuran font 12
- Margins : Top = 4 cm , Bottom = 3 cm, Left = 4 cm, Right = 3 cm
-Paper A4



ANALISIS NOVEL IMAJINATTA KARYA MIA ARSJAD

ANALISIS INI DITULIS UNTUK MEMENUHI TUGAS
 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
 SEMESTER GANJIL.





DITULIS OLEH ELISABET MEILITA
KELAS XII MIPA-3

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 64
JALAN RAYA CIPAYUNG, JAKARTA TIMUR
DAERAH KHUSUS IBU KOTA (DKI) JAKARTA
TAHUN AJARAN 2018/2019


1. Pendahuluan
Penulis menganalisis novel Imajinatta karya Mia Arsjad, karena temanya menarik, banyak pelajaran kehidupan persahabatan yang melibatkan perasaan dan juga teka-teki yang membuat pembacanya penmasaran. Pembawaannya dengan bahasa sehari hari jadi mudah dimengerti pembaca. Dan mempunyai tambahan kosakata bahasa asing. Setiap tokohnya mempunyai karakter yang beragam dan bisa menginspirasi pembaca. Dalam  novel ini di jabarkan tentang penyakit dari salah satu tokoh yang merupakan salah satu media belajar tentang kesehatan. Tokoh dalam novel ini adalah anak remaja, yang cocok untuk pembaca yang menyukai genre jaman sekarang. Serta alur yang tidak cepat dan tidak lambat. Jadi sudah jelas novel ini dapat dipahami oleh setiap kalangan.

Kegiatan menganalisis novel ini untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan novel dari segi kualitas isi, serta kualitas bukunya. Kegiatan menganalisi novel ini dapat menambah pengetahuan sehingga menarik minat pembaca dan kreatifitas dalam tulis menulis. Kegiatan menganalisis ini juga menggambarkan secara umum isi novel. Oleh karena itu penulis menganalisis novel berjudul Imajinatta karya Mia Arsjad yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama di Kota Jakarta pada tahun 2008 dengan ketebalan dua ratus depalan puluh halaman.

2. Pembahasan
Sinopsis
Natta sukaaa dan gampang banget ngelamun alias berimajinasi. Dan hobinya itu jelas berguna. Gimana nggak, sementara di alam nyata Nattta belum kenal secara resmi sama Ditto, kecengannya sepanjang masa, di alam khayalan dia dan Ditto malah udah selengket lem Super Glue. Dan itu jelas jadi pemicu semangat Natta untuk mewujudkan mimpi jadi nyata. Pokoknya nggak peduli aral melintang deh… kalo cuma si genit (cantik dan kaya) Sasa mah keciiiiil.
Dengan bantuan Kenzi- yang kayanya sengaja dikirim Tuhan khusus buat membantu Natta-Natta pun mulai menjalankan misi untuk mendapatkan Ditto. Tapi saking misteriusnya Kenzi, sobat-sobat Natta jadi mikir jangan-jangan Kenzi Cuma temen khayalan Natta. Dan Kenzi… jangan salah paham ya, Natta sendiri kadang ragu, kamu beneran ada apa nggak sih?

Tema
Stanton dan Jenny C ( Nurgiantoro, 2002 : 67 ) berpendapat bahwa tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Sedangkan menurut Keraf ( 1984 : 107 ) tema ialah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangan. Selain itu, Aminuddin ( 1987 : 91 ) menyatakan bahwa tema ialah ide yang mendasari suatut cerita berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memapaparkan karya fiksi yang diciptakanya. Seperti dikemukakan oleh Mido ( 1994 : 18 ) tema adalah persoalan yang berhasil menduduki tempat utama dalam cerita rekaan dan bukan dalam pikiran pengarangnya. Novel ini memiliki tema seorang remaja perempuan bernama Natta yang hobinya berimajinasi, karna di disetiap bagian ceritanya diperlihatkan seberapa seringnya Natta melamun untuk mengkhayalkan dirinya bersama Ditto sang pangerannya, sampai akhirnya ia bertemu Kenzi laki-laki baik hati yang juga memiliki hobi yang sama dengan Natta yang tentunya dari dunia nyata yang kemudian menjadi sahabatnya . Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut
“Aku cinta banget sama kamu, Natta. Selama ini aku selalu mandangin kamu diam-diam. Merhatiin kamu fdari jauh. Kamu mau kan jadi pacarku?” Mata tajam Ditto menatap lurus ke mata Natta. Jantung Natta langsung bermambo cha cha cha… Mati akuuuuu…
Natta membalas tatapan Ditto dengan memasanhg wajah seimut mungkin. Siapa juga yang nggak mau jadi pacar Ditto? Pangeran impiannya sepanjang masa. Eh, nggak sepanjang masa sih,, maksudnya sejak hampir dua tahun inilalu waktu dia masuk SMA 1234 Bandung ini. Natta menarik napas panjan. Masa depan cerah sudah di depan mata. Dia akan menjawab, “Aku… aku… aku… ma… ma…”

“Mati!Mati! Eh Mati” Pekikan Inna membuyarkan lamunan Natta. (hal 7: p 2)

“Lho, masih di sini? Katanya mau berangkat sekolah?” teguran Ibu membuyarkan khayalan Natta. (hal 14:p 4)

“Lima belas ribu!” suara judes nan cempreng membuyarkan lamunan Natta yang langsung berangan-angan begitu melihat sosok Ditto ada di situ.(hal 37: p 2).

Duk! Duk! Pinggul Natta kok sakit, ya? Rasanya kayak disundul-sundul pentungan satpam. Hah! Ternyata siku Inna. Saatnya kembali ke dunia nyata. (hal 89: p 4)

“Wah, kamju kaget beneran, ya? Maaf,maaf makanya jangan ngelamun. Lagian jadi cowo kagetan amat.” (hal 153: p 4)

Tokoh dan Penokohan
Menurut Dewojati (2010:169), unsur karakter yang dalam drama biasa disebut tokoh adalah bahan yang paling aktif untuk menggerakkan alur. Lewat penokohan ini, pengarang dapat mengungkapkan alasan logis terhadap tingkah laku tokoh. Perwatakan atau penokohan dalam suatu cerita adalah pemberian sifat baik lahir maupun batin pada seorang pelaku atau tokoh yang terdapat pada cerita (Hayati, 1990:119). Menurut Santosa, dkk (2008:90) penokohan merupakan usaha untuk membedakan peran satu dengan peran yang lain. Perbedaan-perbedaan peran ini diharapkan akan diidentifikasi oleh penonton. Jika proses identifikasi ini berhasil, maka perasaan penonton akan merasa terwakili oleh perasaan peran yang diidentifikasi tersebut.Penokohan atau perwatakan dalam sebuah lakon memgang peranan yang sangat penting. Egri dalam Santosa, dkk(2008:90)berpendapat bahwa berperwatakanlah yang paling utama dalam lakon.. Tokoh dan Penokohan pada novel Imajinatta  karya Mia Arsjad dibagi menjadi dua tokoh utama dan tokoh pembantu. Baik yang berperan sebagai protagonis, antagonis, maupun tritagonis. Adapun tokoh protagonis adalah peran utama yang merupakan pusat atau sentral dari cerita. Keberadaan peran adalah untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul ketika mencapai suatu cita-cita. Sedangkan antagonis adalah peran lawan, karena dia sering kali menjadi musuh yang menyebabkan konflik itu terjadi dan tritagonis adalah peran penengah yang bertugas menjadi pendamai atau pengantara protagonist dan antagonis.

Natta Tokoh Utama Protagonis
Natta tokoh utama protagonis mempunya watak yang rendah hati, perhatian dan ceroboh karna ia selalu menyadari apa kesalahannya pada orang-orang disekitarnya dan juga ia perhatian dengan orang-orang terdekatnya, dibalik sisi yang baik dari Natta, Natta juga mempunyai kebiasaan bertindak ceroboh, karna ia sering kali mendapat masalah yang seharusnya tidak ia dapatkan jika ia bertindak yang benar. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
           “Ayah, Ibu, Natta berangkat, ya…” (hal 12:1)

“Ya Allah, jadikan keluargaku selalu saling menyayangi. Semoga naskahku bisa
  cepat jadi dan menang sayembara itu. Dan ya Allah, maafin aku kaeran nuduh
  orang gila sembarangan.” (hal 36. P 6)

“Maksudnya, nggak usah. Nggak pa-pa kok. Ini kan bukan bangkuku. Kamu duduk
  aja. Aku makan.” (hal 44. p3)

“Aku mo minta maaf sama kamu,” (hal 46 . p 7)

“Makanya sori. Aku… pergi dulu. Kamu maafin aku, kan?.” (hal 48. p 4)

“Iya.ya. Gue belum mutusin. Bayar listriknya jauh lagi. Kalo ga berangkat sekarang
  bisa bisa keburu tutup.”(hal 18 . p 3)

“Iya lah. Kok yakin amat lo nuduh tu cowok kemungkinan gila. Imajinasi lo aja tuh
  seperti biasa terlalu liar…….” (hal34. p 3)

“Kenapa lo? Jangan kerasukan dong! Kan nular!” (hal 41. P 6)

“Aku nyangka kamu orang gila.”(hal 47. p 4)

“Lo ngelamun apaansih?! Bolanya ditangkep pake tangan dooong! Jangan pake
  jidat!!! Gue kan udah teriak-teriak! Maen basket jangan bengong!BAHAYA,
 TAU!!!.........” (hal 59. p 4)

“Lo ngapain coba, ngelamun di tengah lapangan….” (hal 60 . p 5)

“Halo? Inna… gimana, Ditto menang nggak?.” (hal 18 . p 2)

“Kakak sakit?” (hal 52. p 6)

“Ya udah. Kakak tidur aja dulu. Nanti sore deh aku bikini.” (hal 53. p 5)

“Kakak yakin, Kakak cuma flu biasa? Kayaknya parah deh Kak, ngaca deh. Ke
 dokter gih.”(hal 54.  p 7)

“Nih, Kak, piringnya. Kakak mo makan apa? Biar aku yang ambilin ya, Kakak pasti
  masih pusing.” (hal 55. p 4)

“Udah sembuh, Kak?” (hal 72. p 2)


Kenzi Tokoh Utama Protagonis
Kenzi tokoh utama protagonis mempunya watak yang humoris, baik hati dan cenderung tertutup, karna ia selalu menutupi suatu hal yang membuat orang lain cemas akan dirinya dan ia juga merupakan seorang sahabat yang baik, yang selalu ada untuk Natta, yang rela membantu Natta dalam menjalani kehidupan SMAnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Natta… meNata? Rapi-rapi? Lupain aja, aku cuma bercanda.”

“Kali ini Kenzi ngakak. ‘Dulu orang gila, sekarang penguntit, nggak sekalian aja kamu
  bilang aku agen FBI yang lagi nyamar?’” (Hal 66:p. 10)

“Gimana caranya bunuh orang pake pisang? Dijejelin samoe orangnya mati keselek?
  Hihihi…” (Hal 68: p.3)

“Ya itu, hitung-hitung hiburan. Dikasih duluan. Hehehe…” kata Kenzi kocak”
  (hal 92: p.5)”

“Natta tersenyum senang. Lucu juga si Kenzi ini.” (Hal 92 : 6)

“Terus rencana kamu apa? Balas dendam? Hehe…” Kenzi cekikikan sambil makan  
   jeruk.”(hal 96: p.8)

“Kali ini kenzi mengangguk semantap kata-katanya tadi. “Iya, aku bakal bantu kamu
  supaya naskah kamu menang.”” (hal 96:p.4)

“”Kamu perlu minum.” Kata Kenzi khawatir.” (hal 45: p. 3)

“Tak lama dia balik lagi dengan sebotol Aqua ditangan. Rupanya dia beli minuman.”
  (hal 45 : p.4)

“Eng… Natta, kalo kamu mo cerita, mungkin bisa sedikit lega… aku…” (Hal 91:p.6)

“Mo aku beliin minum? Katanya… kalo habis nangis sampe kayak tadi  biasanya suka
  jadi haus… mau?.” Kenzi basa-basi lagi” (hal 92: p.1)

“… Aku nggak pa-pa, sakitnya masih sama kayak kemaren . Kalo-kalo kamu pikir  aku
  tambah sakit karena terserang virus lain sementara aku nungguin kamu disini.”
  (Hal 121:p. 4)

“Sori ya, Ta, aku bener0bener nggak bisa bantu kalo di tempat lain. Aku pengin banget
  ngasih tau kamu alasannya, tapi gak mungkin. Sori ya, Ta?” (hal 133 :p.2)

“Kenapa dia nggak bisa pergi ketempat lain? Kenapa HP-nya tiba0tiba diangkat orang
  lain terus diangat dia lagi? Kenapa… Kenzi jadi misterius?”(Hal  133:p.5)

“Beberapa kali dia sempat drop karena kecapekan. Waktu itu kamu nelepon, aku yang
  angkat. Kenzi lagi di perikasa sama dokter. Terus kenzi cerita sambil geli. Katanya   
  kamu panik nyangka HP-nya dicopet atau hilang.” (hal 249 :p.3)

“… secara… kamu udah nonton DVD ini, berarti …kamu udah tau yang sebenernya
  ya,Ta? Maaf lagi ya, aku bohong sama kamu.” (hal 251:p.6)

Alur dan Pengaluran

Alur menurut Luxemburg ialah peralihan dari satu keadaan ke keaadaan yang lain (1986: 150). Sedangkan menurut Saad. Alur adalah sambung-sinambungnya peristiwa berdasarkan hukum sebab akibat (1967:120).Selain itu, Kenny(1966:14), mengemukakan alur sebagai peristiwa-peristiwa yang disampaikan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-pertistiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat. Alur dan pengaluran dalam novel Imajinatta karya Mia Arsjad menggunakan alur renggang karena dalam novel ini banyak menampilkan peristiwa-peristiwa sampingan, sedangakan pengalurannya degresif dan progresif. Adapun alur dan pengaluran ini dibentuk dalam beberapa tahapan yaitu, tahap orientasi, koflik, komplikasi, klimaks, antiklimaks, dan penyelesaian.

Orientasi
Bagian orientasi novel ini ditampilkan ketika awal pengenalan Natta, tokoh utama dengan teman-temannya dan juga Kenzi . Bagian orientasi ini bercerita tentang latar belakang  kehidupan tokoh Natta seperti keluarga dan hubungan peretemanannya disekolah dan di ceritakan juga bagaimana awal persahabatan Natta dan Kenzi dimulai. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.
“Baru juga mau nerima cinta Ditto.”….  tadikan hampr dapat ciuman
  “pertama” nya.(hal 7:p.4)

“Dara si kutu buku dan Kinkin si oriental yang hobi nyanyi ikut mengangguk
  angguk. Natta nyengir. Inna yang amat sangat mengenal Natta banget tahu
  persiskebiasaan Natta yang dalam waktu sepersekian detik bisa tiba-tiba
  berada di  ‘dunia lain’ dalam khayalannya.” (hal 8: p.2 dan 3)

“Biarpun Inna galak, judes, suka marah-marah, biarpun Natta kadang-kadang
  cemburu karena Inna punya banyak teman lain, persahabatan mereka tetap
  jalan.”(hal 10:p.6)

“Di mata Natta,selain Dunia khayalannya, dunianya bersama Inna, Dara, dan
  Kinkin adalah yang paling menyenangkan dalam hidupnya.”(hal 11:p.6)

“Natta sudah biasa di cuekin begini sama Ayah dan Ibu. Tepatnya sih sejak dia
  kelas 5 SD. Hubungan keluarga mereka memang agak aneh. Ayah dan ibu
  bersikap dingin satu sama lain.” (hal 12: p.3)

“Begitu juga Nanta abangnya. Kayaknya buat Nanta rumah Cuma tempat
  transit.Kadang pulang kadang nggak.” (hal 13:p.3)

“Aku Kenzi.” Tiba-tiba dia menoleh dan mengulurkan tangannya pada Natta.”
  (hal31: p.7)

“Bukan, bukan gitu, tapi…” Kamu sama banget kayak aku, sambung Natta
  dalam hati. Dia betul-betul nggak percaya ada orang yang punya kebiasaan
  yang sama kayak dia.”(hal 64 :p.2)



Konflik
Bagian konflik novel ini ditampilkan ketika Natta berusaha bagaimana caranya ia bisa menjadi kekasih Ditto sang pangeran impiannya. Ia berusaha dekat dengan Ditto dengan berbagai cara salah satunya mengikuti sayembara menulis cerpen, yang bilamana nanti terpilih menjadi pemenang , cerita tersebut akan di filmkan sebagai acara Festival Film Indie Pelajar. Dalam pembuatan cerpen tersebut Natta di bantu oleh sahabat barunya yaitu Kenzi . Ditengah kesibukannya, Natta harus menerima kejadian yang dialami oleh Nanta yaitu abangnya yang di vonis OD oleh karna narkoba. Tetapi kenzi selalu ada bersamanya bahkan disaat Natta berada di titik terendahnya. Sementara Kenzi membantu Natta dalam menyelesaikan cerpen untuk sayembara itu, kesehatan Kenzi semakin memburuk, tetapi tak Kenzi cerita sedikitpun kepada Natta tentang penyakitnya.
“Iya! Naskah itu! Supaya bisa lebih deket sama Ditto….” (hal 66: p.2)

“… harusnya ini tugas Ditto, tapi karena Natta sudah menerima dengan
  “tangan terbuka”…”(hal 77:p.6)

“Dia kan mau buat Ditto terkesan.” (hal 81:p.8)

“Dengan cara setengah mampus supaya naskahku menang dalam lomba
  naskah itu. Dari situ jalanku terbuka lebar.”(hal 96:p.3)

“Jadi, gimanapun caranya, aku siap bantu. Misalnya dalam proses nulis….”
  (hal  96:p.6)

“Natta tersenyum senang. Membaca naskah buatan Kenzi.”(hal 138 :p.8)

“Kakak kamu kena narkoba, Ta.”(hal156 :p.8)

“Tanpa bilang apa-apa Natta langsung duduk lalu menangis heboh lagi, kali ini
  di pelukan Kenzi.” (hal 158: p.9)

Klimaks
Bagian klimaks novel ini ditampilkan ketika proses pembuatan cerpen yang Natta ikuti. Kenzi membantu Natta membuat cerpen ‘Tentangmu, Kaya’ , dimana Kenzi memberikan ide yang menarik kepada Natta, yaitu hampir sama seperti hubungan Natta dan Kenzi di dunia nyata. Dimana dalam cerpen tersebut kenzi menceritakan yang benar-benar ada pada dirinya dan dalam cerpen tersebut Kenzi sebenarnya menyampaikan pesan yang tersirat untuk Natta. Kenzi pun menyelesaikan cerpen itu dengan sangat baik dan memberikannya pada Natta untuk Natta pratinjau lagi. Tanpa Natta sadari ada banyak yang janggal dari Kenzi, akhir-akhir ini Kenzi terlihat memburuk dan kata-katanya pun mulai aneh-aneh. Dan juga Natta belum sadar kalau cerita yang Kenzi buat adalah kejadian nyata yang kenzi alami selama ini. Setelah cerpen yang Kenzi buat selesai dan ia berikan pada Natta, Kenzi menghilang tak ada kabar sehingga Natta mencari tau Kenzi ada dimana. Sebelum Kenzi menghilang ia mengajak Natta untuk menonton film dan mentraktir makan Natta di salah satu mall di Bandung sama persis seperti yang dilakukan Kaya kepada Inta. Dan ternyata Cerpen buatan Natta dan Kenzi menempati posisi pertama alias menang.
“… kita langsung bahas topik kita sore ini aja, yuk? Aku ga pa-pa, sakitnya
  masih sama kaya kemaren.” (hal 121:p.4)

“Kenapa dia ga bisa pergi ketempat lain? Kenapa HP-nya tiba-tiba
  di angkat orang  lain trus diangkat dia lagi?Kenapa… Kenzi jadi misterius?”
  (hal 133:p.5)

“Iya, jadiin aku temen bener-bener khayalan kamu. Kamu bikin cerita tentang
  temen khayalan.Kayak kita sekarang. Ketemu di taman. Cuma kita yang tau
  tempat rahasia ini…” (hal 135:p.10)

“Permintaan Kenzi aneh banget. Katanya dia minta tolong dibolehin nyelesein
  akhir naskah itu tanpam bantuan Natta.”(hal 175: p.1)

“Makanya, izinin aku yang nyelesein,ya? Aku jamin cepet selesai deh, dan aku
  maunya jadi kejutan buat kamu. Kamu mau bantuin wujudin cita-cita aku jadi
  penulis?...” (hal 176:p.10)

“Aku mo ngajak kamu jalan-jalan.”(hal 189: p.4)

“Nanti-nanti kemungkinan  aku udah gabisa lagi punya kesempatan kabur
  kayak gini,tau! Nggak ada kesempatan jalan-jalan bareng kamu.”
  (hal 189:p.8)

“Wah ditraktir makan juga sama Kenzi!” (hal 190:p.6)

“Kamu bakal terus jadi temenku, kan, apapun yang terjadi?Siapapun aku?
  Gimana pun aku?” (hal196:p.7)

“Pasti si Inta nungguin Kaya yang Koma gitu, kan?...” (hal 203:p.1)

“… mereka pasti kaget. Apalagi kalo tau cerita hidup Kenzi.”(hal 206 :p.6)


“Tapi, aku bakal ikut ngawasin kok. Dari sana.” Kenzi menunjuk langit.”
  (hal 213:p.4)

“Dia janji kalo kenzi Tiba-tiba menghilang dia bakal nyari.” (hal 223:p.2)

Antiklimaks
Bagian antiklimaks novel ini ditampilkan ketika Kenzi menghilang dan Natta mulai mencari tahu dimana keberadaan Kenzi sekarang. Ia menghubungi Kenzi tetapi tidak diangkat , sampai pada suatu ketika ada perempuan yang mengangkat telepon Kenzi, yaitu kakak kandung Kenzi . Selama Kenzi tidak bisa dihubungi Natta dan segenap crew mempersiapkan syuting untuk Festival Film Indie Pelajar, dimana Ditto mempermainkan Natta  untuk membuat pamornya dan Sasa naik.
“…Tapi yang jelas gue harus cari tau. Gue udah pernah janji, kalo dia
  menghilang tiba-tiba gue bakal cari dia. Gue udah ngerasa hari itu dia aneh
  banget ngomongkaya gitu. Dia itu sobat gue, sama kayak kalian.”
  (hal 225:p.3)

“Tapi nanti kalian mau kan bantuin gue nyari dia?” (hal 226:p.3)

“Ternyata rencananya mereka menunggunanak SMA 333 bubaran sekolah.”
  (hal230 p.4)

“Anu, kang, mo tanya… kenal sama yang namanya Kenzi, nggak? Kelas 3
  Juga disini.”(hal 231:p.5)

“Raut Natta berubah sedih. Artinya Kenzi memang bukan siswa sini.”
 (hal 233:p.3)

“Ya, Ditto juga meranin peran utamaku sama Sasa. Dia nawarin diri.”
  (hal 243:p.11)

“Natta merogoh HP-nya dari dalam tas. Menekan nomor Kenzi.” (hal 245 :p.2)

“Ya?” suara lembut cewek itu menjawab lagi.” (hal 245:p.2)

Penyelesaian
Bagian penyelesaian novel ini ditampilkan ketika kakak kandung Kenzi yaitu Kisha memberitahu Natta yang sebenarnya yang Kenzi alami sebenarnya. Kenzi selama ini memiliki penyakit jantung bawaan lahir yang susah disembuhkan, tetapi Kenzi tidak pernah mengatakannya pada Natta. Kenzi sekarang menghilang karena ia harus menjalani pengobatan di Australia. Karna penyakit Kenzi adalah penyakit yang langka, ia memberikan dirinya sebagai bahan percobaan pengobatan, agar orang-orang yang memiliki penyakit yang sama dengannya dapat mendapat obat yang baik. Sebelum Kenzi pergi, ia membuat video untuk Natta, dimana vidio tersebut adalah pengakuannya yang selama ini ia tutupi dan sekaligus ucapan selamat atas menangnya naskah buatan mereka, sehingga membuat Natta menitikan air matanya. Disamping itu Natta berhenti menyukai Ditto karna sifatnya yang buruk, yang hanya memanfaatkan Natta demi keuntungannya. Hari pun berganti, Natta mewujudkan mimpi Kenzi yaitu menerbitkan novel buatan Kenzi walaupun Kenzi sedang terbaring di rumah sakit. Natta senang memiliki sahabat seperti Kenzi, Natta akan selalu bersama Kenzi dan Kenzi pun bersyukur punya sahabat seperti Natta, yang selalu menyemangati Kenzi. Walaupun tidak ada yang tahu apakah masih ada hari esok baginya.
“... Penyakit baawaan lahir ... Dia tidak pernah tinggal di Jakarta. Rumahnya  di
  Bandung, tapi sejak beberapa bulan yang lalu dokter memutuskan dia harus
  tinggal dirumah sakit karena harus selalu dalam pengawasan penuh untuk di
  observasi. Dia ga pernah sekolah karena sejak kecil dia belajar dirumah.”
  (hal 248:p.3)

“... dokter yang menangani Kenzi bersahabat dekat degan dokter Kenzi di
  Australia. Dia merekomendasikan Kenzi buat dirawat disana.”(hal 249:p.5)

“Iya bersedia jadi percobaan pengembangan obat untuk penyakitnya.”
  (hal 250:p.1)

“Air mata Natta bercucuran begitu rekaman video Kenzi di keping DVD mulai
  muncul di layar komputer Natta.Kenzi kelihatan duduk di ranjang rumah sakit
  dengan baju pasien warna hijau mud khas rumah sakit. Ada selang infus
  menempel di punggung tangannya. Kenzi kelihatan pucat dan kurusan.”
  (hal 251:p.3)

“Besok aku berangkat ke Australia.” (hal 252:p.7)

“Selmat ya, Ta... Naskah kita menang.” (hal253:p.4)

“Sori, Dit, kamu batal  jadi pemeran utama filmku. Sasa juga.”(hal 257:p.2)

“Natta ilfeel berat dan jijay banget beraku-kamu sama Ditto. Ketauan
  belangnya!Ih!.”(hal 257:p.3)

“Natta menghembuskan napas lega. Membayangkan gimana gembiranya Kenzi
  begitu menerima cetakan novelnya yang pertama nanti.”(hal 263:p.3)

“... aku seneng kamu udah jujur cerita semua ke aku? Itu semua berarti kamu
  percaya dan jujur sama aku tentang semuanya . Aku ga marah kok. Soalnya
  berearti kamu sekarang udah nganggep aku bener-bener sahabat kamu...”
  (hal 264:p.4)

“Aku bakal selalu jadi sahabat kamu, Ken. Dalam keadaan apapun ...”
  (hal 274 :p.9)

“Kenzi betul-betul bersyukur atas hidupnya. Biarpun sakit, dia punya keluarga
  yang baik, sahabat yang lucu, dan karya yang membanggakan. Kenzi sadar
  sekarang, bahwa setiap manusia tidak akan pernah tahu apakah masih ada hari
  esok.Makanya, sejak beberapa waktu yang lalu kenzi bertekad untuk selalu
  melakukan semua yang terbaik hari ini.... semoga Tuhan masih memberinya
  waktu buat bangun besok. Bertemu orang tuanya, kakaknya, juga Natta
  sahabatnya yang pasti bikin hari-harinya jadi lebih berwarna.”(hal 278:p.7)

Latar
Menurut Abrams (1981: 175)Latar adalah tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar dalam cerita dapat diklasifikasikan menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Menurut Suparmin (2009: 54)Latar cerita atau setting adalah suatu keadaan yang melingkupi pelaku pada sebuah cerita. Nurgiyantoro (2002:216 dalam Santosa, 2011:7) menyatakan bahwa setting adalah dasar, mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial temapat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Latar Tempat
Latar tempat pada novel ini , terjadi di Sekolah, di taman, di rumah sakit, di rumah, dan di mall. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
sekolah
“… Ditto yang berjalan kearah mereka dari ruang guru.” (hal 8.p.1)

“Makanya, baca mading doooong.” (hal23.p.2)

“Ayo ke pinggir lapangan.”(hal60.p.4)

“… dibelakang meja administrasi…” (hal 38.p.3)

“… siomay kantin sekolah…”

“Taman ini tempat favorit Natta. Nama taman ini sama dengan institut
  terkenal di Bandung karena masih berada di komplek kampus itu.”
  (hal 18.p.8)

“… ternyata di tama nada Kenzi.” (hal 62.p.2)

“Langsung jadi bangku favoritku begitu aku pertama kali ke sini.” (hal65.p.8)

“… tempat rahasia kok di tempat umum begini!” (hal66 .p.6)

“… ke bangku rahasianya di sudut taman.” (hal.p.4)

“… Medika Sehat? Itu kan disini.” (hal 154.p.4)

“Di UGD!” (hal 154.p.5)

“Rumah Sakit Medika Sehat kan masih lingkungan sini.” (hal 155.p.5)

“Dari sini ke UGD deket kok.” (hal 155.p.7)

“Lorong rumah sakit menuju UGD…” (hal156 p.4)

“… lalu melenggang ke kamar sambil menekan-nekan tombol telpon
  nirkabel.”(hal12.2)

 “Tahu-tahu Ibu nongol dari dalam kamar.” (hal 72.p.4)

“Biarpun selalu ada di rumah…” (hal73.p.7)

“Langkah Natta terhenti di depan kamar Nanta.” (hal 98.p.1)

“Natta menyalakan lampu kamar…” (hal 98.p.4)

Latar Waktu
Latar waktu dalam novel ini adalah pagi hari, siang hari dan sore hari. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.
“… beli sarapan pake piama.” (hal 35.p.1)

“Sepagi ini udah dandan begitu …” (hal 72:p.3)

“Duh, apa sih pagi-pagi udah rebut-ribut?!” ((hal 161:p.1)

 “Akhirnya mereka nongkrong di Pizza Hut buat makan siang.” (hal 22.p.7)

“Udara tetap terasa dingin walaupun sekarang masih siang.” (hal 42 .p.1)

“Tadi pagi dia ada dirumah…” (hal 100:p.7)

“Gue mo sholat maghirb.” (hal 33.p.1)

“Kamu pulang sekolah langsung kesini,…” (hal 65:p.11)

“Gara-gara obrolan di atap kemarin sore,…” (hal 83:p.1)

“Ini udah lumayan sore.” (hal 119:p.6)

“Sore ini agak dingin.” (hal 268:p.8)

“Padahal mereka sudah setengah jalan makan malam.” (hal 53.p.8)

“Makan malam tadi bikin bête.” (hal 56,p.3)

“Makan malam hari ini enak banget.” (hal 130:p.5)

“Malam itu Natta senyum-senyum sendiri…” (hal 172:p.1)

Latar Suasana
Suasana yang dominan pada novel ini adalah seru,menyedihkan, kecewa. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Kayanya seru juga menciba usul si Mang buat tancep gas pol.”(hal 182:p.1)

“Natta malah ketagihan dan jadijadi muter-muter tiga putaran…”(hal182:p.3)

“Segeeeer! Habis naik kuda dan ngejar-ngrjar Kenzi tadi,…”(hal 183:p.3)

“Wihhhhhh… ditraktir makan juga sama Kenzi!”(hal 190:p.5)

“Wih, adegan menggenggam tangan nih….”(hal 204:p.6)

“Nanta OD.” (hal 156:p.8)

“Natta menangis karena tahu kakakmya OD.” (hal 157:p.6)

“Mendengar setiap segukan tangis Natta,…”(hal 158:p.9)

“Mendadak Natta berleleran air mata.”(hal 247:p.2)

“Kali ini Natta nangis betulan.” (hal 248:p.1)

“Air mata Natta bercucuran begitu melihat rekaman video Kenzi…”
  (hal 251:p.2)

“Natta mengusap air matanya yang mulai heboh berleleran.”(hal 252:p.2)

 “Natta refleks menepis tangan ibu…”(hal 158:p.5)

“Aku nggak perah mau marah… apalagi benci mereka,” (hal 159:p.4)

“Apalagi Ayah-Ibu”(hal 158:p.7)

“Ternyata aku nggak kenal satu pun anggota keluargaku,”(hal 160:p.1)

“Cuma secara materi, Yah? Apa Ayah nggak mau mengembalikan
  keharmonisan keluarga kita juga?”(hal 163:p.2)

Gaya Bahasa
Definisi gaya bahasa menurut Luxemburg dkk (1990: 105) berpendapat bahwa gaya bahasamerupakan sesuatu yang memberikan ciri khas pada sebuah teks. Teks pada giliran tertentu dapat berdiri semacam individu yang berbeda dengan individu yang lain. Gaya bahasa menurut Aminuddin (1995: 5) mengemukakan bahwa style atau gaya bahasa merupakan cara yang digunakan oleh pengarang dalam memeparkan gagasannya sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin dicapai. Sedangkan menurut Tarigan ( 1985: 5) gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca.  Menurut Achmadi (1988: 155-156) gaya bahasa adalah kualitas visi, pandangan seseorang, karena merefleksikan cara seorang pengarang memilih dan meletakkan kata-kata dan kalimat-kalimat dalam mekanik karangannya. Gaya bahasa menciptakan keadaan perasaan hati tertentu, misalnya kesan baik ataupun buruk, senang, tidak enak dan sebagainya yang diterima pikiran dan perasaan karena pelukisan tempat, benda-benda, suatu keadaan atau kondosi tertentu. Sedangkan menurut Albertine (2005: 51) mengemukakan, gaya bahasa adalah bahasa yang bermula dari bahasa yang biasa digunakan dalam gaya tradisional dan literal untuk menjelaskan orang atau objek. Dengan menggunakan gaya bahasa, pemaparan imajinatif menjadi lebih segar dan berkesan. Gaya bahasa mencakup: arti kata, citra, perumpamaan, serta simbol dan alegori. Arti kata mencakup, antara lain: arti denotatif dan konotatif, alusi, parody dan sebagainya; sedangkan perumpamaan mencakup, antara lain: simile, metafora dan personifikasi. Gaya bahasa yang terdapat pada novel ini adalah majas hiperbola, majas simbolik. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut
“Kayaknya ini udah yang kesejuta ribu kali deh…”(hal 8:p.1)

“Mengendus-endus ala marmut…”(hal 9:p.5)

“Inna  itu orang yang paling care sedunia.”(hal 10:p.5)

“Tuh kan, Inna memang sahabat sejati…(hal11;p.2)

“…seribuan lecek dan lima ratusan karatan…(hal 11:p.6)

“… ngalor-ngidul berkhayal standar soal pangeran kuda putih.” (hal 14:p.7)

“Natta menggoyang-goyangkan kakinya sampai-sampai kuncir kudanya ikut
  berdisko ke kanan-kiri.” (hal 16:p.2)

“Natta harus sukses mengemban tugasnya sebagai utusan ibu…”(hal 17:p.1)

“Udah keberapa juta kali ya Natta ketangkep basah sama Inna lagi terbang ke
  awang-awang kayak gini.”(hal17:p.9)

“Masih ada burung-burung liat berterbangan yang berkicau-kicau hingga
  rasanya tambah adem aja.” (hal 18:p.8)

“Dara si kutu buku…” (hal 8:p.2)

“Kinkin si oriental…”(hal 8:p.3)

“…Sasa si cantik…”(hal 9.:p.4)

“… ternyata Inna ngatain dia Toge.” (hal 10:p.2)

“Kinkin memutar bola matanya, memberi isyarat plis-deh.”(hal 23:p.2)

“Lo kan kutu buku…”(hal 23:p.3)

Amanat
Menurut Rusiana (1982:74) amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang pada pembaca. Akhir permasalahan ataupun jalan keluar permasalahan yang timbul dalam sebuah cerita bisa disebut amanat. Rusiana mengemukakan pendapatnya tentang amanat, sebagai renungan yang sisajikan kembali oleh pembaca (1982:74). Sedangakan amanat menurut Siswanti (2008: 161-162) dari sudut pandang sastra, nilai ini biasa disebut mandat. Pesannya adalah gagasan bahwa basis literatur didasarkan pada, pesan yang ingin disampaikan pembaca kepada pembaca dan pendengar, dalam karya sastra modern, pesan ini biasanya tersirat dalam karya sastra lama secara umum merupakan pesan eksplisit. Menurut Waluyo (2006:29), jika tema memiliki kaitan dengan arti, maka sebuah amanat itu memiliki kaitannya dengan makna. Kemudian jika tema memiliki sifat yang sangat lugas, khusus dan objektif, maka amanat itu memiliki sifat kias, umum, dan subjektif. Pada novel ini, terdapat amanat yang dapat kita ambil yaitu persahabatan tidak mengenal apapun, sekali bersahabat, selamanya tetap sahabat apapun yang terjadi, karna sahabat selalu ada di sisi. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Inna sayang kok sama sahabatnya yang unik ini.” (hal 18:p.2)

“…Natta langsung duduk lalu menangis heboh lagi di pelukan Kenzi.”
  (hal 158:p.9)

“Natta brtul-betul nggak nyangka Kenzi sebaik ini dan betul-betul niat
  bantuin dia.”(hal 137:p.8)


“…aku malah seneng punya temen nggak jaim kayak kamu, asyik.”
  (hal 191:p.3)

“Kamu bakal terus jadi temenku, kan, apapun yang terjadi?”(hal 196:p.7)

“…Aku tetep jadi temen kamu. Apa pun yang terjadi deh. Justru aku nggak
  bakalan ninggalin kamu Cuma gara-gara itu.” (hal 196:p.8)

“Makasih ya, Ta. Tenang aja, aku kan Cuma pengin kamu jadi temenku.”
  (hal 196:p.9)

“Ta, misalnya aku menghilang tiba-tiba, kamu bakal nyari aku nggak?”
  (hal 197:p.2)

“…Masa aku cuek kamu ilang? Emang aku sadis apa? Punya temen ilang
  diem aja.” (hal 197:p.3)

“Maafin aku ya, Ta, aku menghilang begitu aja nggak bilang-bilang kamu…”
  (hal 251:p.3)

“…berarti… kamu udah tau yang sebenernya ya, Ta? Maaf lagi ya aku
  bohong sama kamu.”(hal 251:p.5)

“Aku seneng banget bisa temenan sama kamu.”(hal 252:p.3)

“…aku gamau kehilangan sahabat. Sahaabatku satu-satunya.”(hal 253:p.2)

“Natta kayanya lebih senang kalo bisa duduk berdua sama sahabatnya dan
  teman ngobrolnya, Kenzi.”(hal 269:p.9)

“Kenzi, aku pengin jadi sahabat beneran. Bukan Cuma kayak kemaren. …
  Aku pengin jadi sahabat kamu di dunia nyata. Yang ada setiap kamu butuh.”
  (hal 273:p.7)

“Aku bakal selalu jadi sabahat kamu, Ken. Dalam keadaan apa pun.”
  (hal 275:p.8)

Unsur Ekstrinsik
Menurut Nurgiyantoro (2009: 23) adalah unsur yang berada di luar karya fiksi yang mempengaruhi lahirnya karya namun tidak menjadi bagian di dalam karya fiksi itu sendiri. Menurut siswandarti (2009:44) berpendapat bahwa unsur ekstrinsik adalah pesan-pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita, baik tersurat maupun tersirat. Menurut Wellek dan Warren (1956 via Nurgiyantoro, 2009: 23) berpendapat bahwa unsur ektrinsik merupakan keadaan subjektivitas pengarang yang tentang sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang melatarbelakangi lahirnya suatu karya fiksi, dapat dikatakan unsur biografi pengarang menentukan ciri karya yang akan dihasilkan. Unsur ekstrinsik yang terkandung dalam novel ini adalah nilai moral dan nilai sosial. Nilai sosial merupakan nilai yang berhubungan dengan norma-norma yang ada dalam kehidupan masyarakat (adanya tenggang rasa, saling menolong, saling memberi). Dan Nilai Moral merupakan nilai yang berhubungan dengan kepribadian atau budi pekerti atau akhlak seseorang entah itu baik maupun buruk. Budi pekerti atau keperibadian seorang pengarang juga memberikan pengaruh terhadap karya yang akan ia buat.

Nilai Moral
Novel ini menggambarkan atau mengajarkan moral seseorang yang tidak baik dan tidak patut di tiru yaitu keserakahan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Ya, tapi kenapa kamu jadi pemeran utamanya Via juga?...”(hal 256:p.5)

“… naskah yang itu nggak terlalu bagus. Aktingnya juga nggak bakal
  terasah.”(hal 256:p.6)

“Kamu serakah banget sih?!” (hal 256:p.7)

“Ini kan demi karierku dan Sasa…”(hal 256:p.8)

“Gue nggak mau naskah gue dimainin sama orang yang cuma manfaatin film
  gue buat cari popularitas sendiri.”(hal 257:p.5)

Nilai Sosial
Nilai sosial yang terkandung dalam novel ini adalah kebaikan kepada keluarga, teman, dan sahabat-sahabatnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“ Inna itu orang yang paling care sedunia pada Natta.” (hal 10:p.5)

“… Natta Cuma bisa berdoa semoga tak sekalipun terbesit di kepala Inna
  untuk meninggalkan Natta.” (hal 11:p.1)


“Beruntung banget Natta punya seseorang kaya Inna.” (hal 11:p.12)

“Natta sih sudah biasa di cuekin begini sama ayah dan ibu.” (hal 12:p.1)

“Tapi itu sama sekali jauh dari bayangan Natta tentang keluarga harmonis.”
  (hal 13:p.3)

“Aku pengin banget cerita sama mereka. Secara mereka sahabat
  sahabatku…”(hal 94:p.6)

“Jeruk ini aku sengaja bawa dua. Buat kamu…”(hal 95:p.6)

Biografi Penulis
Mia Arsjad memulai karirenya sebagai penulis novel setelah naskahnya Mak Comblang membawanya menjadi salah satu penulis berbakat “Lomba Teenlit Writter GPU” tahun 2004. Naskah tersebut kemudian diterbitkan tahun 2005 dengan judul baru, Miss Cupid.
Mengenai info lebih lanjut, silakan follow:

3. Penutup
Novel Imajinatta karya Mia Arsjad sangat menarik untuk dibaca. Karena dari judulnya sudah sangat menarik yaitu ‘Imajinatta’ dimana menggambarkan imajinasi seorang remaja bernama Natta, dan ditambah sinopsinya yang membuat pembaca semakin penasaran dengan ceritanya. Novel ini juga sangat mudah dipahami karna menggunakan bahasa sehari-hari. Isi novel ini mampu membawa pembacanya senang dan sedih di waktu yang tepat, sangat seru, membuat pembacanya ingin segera menyelesaikan bacaan ini. Karakternya tokohnya mampu menembus hati para pembaca, karena tokoh Natta dan Kenzi sangat unik dan sangat serasi. Banyak pelajaran yang dapat diambil dari novel ini yaitu persahabatan yang setia sampai akhir. Di samping itu, buku ini pun memiliki jalan cerita yang menggantung  membuat pembaca sedikit ragu menafsirkan diakhir ceritanya.
Novel ini sangat cocok untuk remaja karena ceritanya mengisahkan tentang persahabatan dan keceriaan di masa SMA. Pembaca akan mendapatkan nilai-nilai kehidupan tentang arti persahabatan yang selalu ada suka dan dukanya, tak mengenal latar belakang seseorang untuk dijadikan sahabat. Buku ini juga sangat cocok untuk literatur di sekolah, sehingga siswa lebih efektif dalam mengikuti kegiatan literasi di sekolah. Walaupun penyempurnaan pada buku ini masih sangat dibutuhkan seperti pemilihan kertas agar diperhatikan kualitasnya agar penampilannya lebih menarik dan pengisahannya dibuat lebih sederhana agar pembaca mudah memahami alurnya.


DAFTAR PUSTAKA

Arsjad, Mia. 2008. Imajinatta. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Siswandarti. 1996. Panduan Belajar Bahasa Indonesia untuk SMA Kelas XII.
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: PT Sinar Baru Algersindo.
Indrawati. 2009. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Luxembrug. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Tarigan. 2011. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Jakarta: Angkasa.
Wellek dan Werren. 1989. Teori Literatur. Jakarta: Gramedia.
Wiyanto, Asul. 2008. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo (Gramedia Widiasarana Indonesia).